blog adalah gudang ilmu membaca adalah kuncinya

Minggu, 07 November 2010

Kedahsyatan Letusan Merapi


Sejak letusan perdananya 26 Oktober 2010 lalu, sampai saat ini kondisi gunung teraktif di dunia ini masih fluktuatif. Bahkan pak Surono yang sering dipanggil mbah Rono (Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana) belum bisa memberikan gambaran secara pasti kondisi merapi kedepan. Merapi yang memiliki ciri khas tersendiri dengan letusannya kini sudah kehilangan kekhasannya itu.


Letusan merapi selain telah merenggut nyawa sang juru kunci Mbah Maridjan, sampai saat ini juga telah memakan korban jiwa sekitar 134 orang setelah terjadi letusan paling dahsyat Jumat dini hari (5/11/2010). Korban jiwa menyusul letusan terahir merupakan jumlah paling banyak setelah dampak letusan pertama 44 orang, terhitung di RS. Sardjito 88 orang yang kebanyakan ditemukan di desa Argomulyo. Jumlah tersebut diperkirakan akan masih bertambah dikarenakan proses evakuasi korban masih terus berlanjut. Namun sampai sekarang, proses evakuasi terkendala karena awan panas masih sering mengancam kegiatan tersebut.

Selain korban jiwa, terdapat juga beberap korban luka yang kebanyakan mengalami luka bakar dengan kondisi yang memprihatinkan. Informasi yang di dapat di RS. Sardjito 5 November 2010 korban luka bakar yang dirawat disana sudah sebanyak 77 orang. Dari jumlah tersebut sebagian besar diantaranya mengalami luka bakar. Setelah letusan Jumat kemarin para warga di sekitar merapi juga berbondong-bondong untuk menyelamatkan diri ke tempat yang lebih aman.

Setelah bertahan di barak pengungsian dengan radius aman 15 km, kini para pengungsi kembali dipindahkan ke tempat pengungsian baru dengan jarak aman menjadi 20 km menyusul letusan merapi (4-5/11/2010). Mereka ditempatka dibeberapa lokasi pengungsian salah satunya yang menjadi posko utama adalah stadion Maguwoharjo, Sleman. Tempat ini memang menjadi rekomendasi utama oleh pemerintah setempat sebagai pengungsian karena memiliki kapasitas cukup luas, sehingga dapat menampung banyak pengungsi.


Seperti yang kita ketahui, ganasnya awan panas atau yang sering kita sebut sebagai wedus gembel telah memporak-porandakan rumah-rumah di sekitar lereng merapi dan orang-orang yang berada di situ. Pepohonan yang tadinya hijau kini menjadi kering dan gersang. Puluhan hewan ternak milik warga juga menjadi korban amukanan awan panas tersebut. Tidak dipungkiri lagi jika dampak buruk yang terjadi sampai demikian karena awan panas memiliki suhu sekitar 900 derajat celcius jika masih di perut bumi, namun jika sudah ada di luar suhunya mencapai 600 derajat celcius. Kecepatan luncurannya mencapai 200-300 km/ jam.


Selain awan panas yang mematikan, abu vulkanik yang ditimbulkan oleh letusan merapi juga mempunyai dampak tersendiri. Sudah hampir dua pekan lebih merapi bererupsi beberapa kota sekitar gunung merapi menjadi sasaran dampak debu vulkanik yang di timbulkan diantaranya adalah Magelang, Yogyakarta, Klaten, Solo, Boyolali. Tak hanya di kota-kota sekitar lereng merapi saja, namun kota-kota seperti Purworejo, Wonosobo, Banjarnegara, Purwokwrto, Cilacap, Tasikmalaya, Ciamis, bahkan sampai ke Bogor juga ikut terkena abu vulkanik merapi. Hal ini terjadi karena memang angin yang melintas relatif lebih sering ke arah barat sehingga dampaknya terasa sampai ke Jawa Barat.

Efek dari abu vulkanik yang menyebar di beberapa kota cukup mengganggu aktivitas warga, karena dampak negatif abu tersebut juga sangat berbahaya terhadap manusia khususnya pada pernafasan dan pengelihatan untuk itu disarankan untuk menggunakan masker. Selain dampak langsung pada manusia, debu vulkanik juga mengganggu kegiatan transportasi karena jarak pandang hanya mencapai 5 m saja sehingga membahayakan pengendara. Beberapa aktivitas penerbangan di Yogyakarta dan Solo juga sementara dihentikan karena kondisi udara yang cukup pekat tertutup debu.

Dampak terahir yang membahayakan warga adalah terjadinya banjir lahar dingin. Jika terjadi hujan lebat di lereng merapi maka endapan material berupa pasir dan lumpur yang merupakan sisa-sisa lahar dingin letusan gunung merapi mengalir dengan volume yang biasanya sangat besar. selain material tersebut, banjir lahar dingin juga membawa sisa ranting pepohonan yang tumbang akibat terjangan lahar dan awan panas. Jika hal ini terjadi maka akan membahayakan warga di sekitar sungai yang berhulu di merapi, seperti di daerah Yogyakarta adalah di daerah bantaran kali Code.

Entah apa yang sedang terjadi dengan alam, kita tidak tahu bencana tejadi sebagai hukuman, peringatan atau ujian, hanya Tuhan yang tahu. Tentunya kita tidak menginginkan adanya korban lagi, baik secara materi maupun jiwa. Untuk itu tidak hanya menjadi pekerjaan pemerintah saja, namun kita pribadi juga harus antisipasi terhadap kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi nanti dengan mencoba mencari tahu hal apa saja yang mungkin terjadi akibat dari latusan merapi tersebut. Tetap waspada dan let's pray for Indonesia....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar